1. Aliran Nativisme
Istilah Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir.
Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap
pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur
Schopenhauer(1788-1869), seoran filosofis Jerman. Airan ini identik dengan
pesimistisyang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran ini
berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-faktor
yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir
itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran nativisme,
pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan
pandangan seperti ini di sebut pesimistis pedagogis.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik
tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme
lingkungan lingkungan sekitar tidak mempengaruhi perkembangan anak, penganut
aliran ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan
menjadi jahat, sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan
baik. pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat di ubah dari luar.
Jadi menurut pemaparan di atas telah jelas bahwa pendidikan menurut aliran
nativisme tidak bisa mengubah perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai
pengaruh sama sekali. Karena menurut mereka baik buruknya seoang anak di
tentukan oleh pembawaan sejak lahir, dan peran pendidikan di sini hanya sebatas
mengembangkan bakat saja. Misalnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai
bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya
mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan
tetap berbakat menjadi pemusik.
2. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di
pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan
nativisme naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan
mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana
hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan oleh pendidkan yang di
terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka akan baiklah
ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti
dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseau sebagai berikut:”semua anak
adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di
tangan manusia”. Oleh karena itu sebagai pendidik Rousseau mengajukan
“pendidikan alam” artinya anak hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang
sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.
Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di berikan orang dewasa malahan
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini juga di sebut
negativisme.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang di laksanakan
adalah menyerahkan anak didik kea lam, agar pembawaan yang baik itu tidak
menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.
Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba di
buat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang di peroleh secara alamiyah sejak
saat kelahirannya itu dapat berkembang secara sepontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya,
kemampuannya dan kecenderungannya.
Jadi menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari anak-anak,
seperti di ketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan pendidikan,
sampai saat ini malah terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin di
perlukan.
3. Aliran
Empirisme
Kebalikan dari aliran empirisme dan naturalisme adalah empirisme dengan
tokoh utama Jhon Locke(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the school of
british empirism(aliran empirisme inggris).
Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah
istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong.
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan
pendidikan dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir di anggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisme
menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong dan tak
punya kemapuan apa-apa.
Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan aliran nativisme dan
naturalisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia
dewasa itu sama sekali di tentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang di terimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat di didik
menjadi apa saja(kearah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak
lingkungan atau pendidikannya. Dalam pendidikan pendapat kaum empiris ini
terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
Dari pemaparan dan contoh di atas jelas menurut pandangan empirisme
bahwa peran pendidik sangat penting sebab akan mencetak anak didik sesuai
keinginan pendidik. Tapi dalam dunia pengetahuan pendapat seperti ini sudah
tidak di akui lagi, umumnya orang sekarang mengakui adanya perkembangan dari
pengaruh pembawaan dan lingkungan. Suatu pembawaan tidak dapat mencapai
perkembangannya jika tidak di pengaruhi oleh lingkungan.
Di samping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu
kita dilahirkan dengan membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas
tertentu karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita
kembangkan.
4. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, aliran
ini menggabungkan pentingnya hereditas dengan lingkungan sebagai faktor-faktor
yang berpengaruh dalam perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada
pembawaan, tetapi juga kepada faktor yang sama pentingnya yang mempunyai andil
lebih besar dalam menentukan masa depan seseorang.
Aliran konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkemangan manusia
itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor
lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi.
(convergentie=penyatuan hasil, kerjasama mencapai satu hasil.
Konvergeren=menuju atau berkumpul pada satu titik pertemuan).
Menurut William
Stern(1871-1939), seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan
baik maupun buruk. Bakat yang di bawa pada waktu lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
bakat itu. sebaliknya lingkungan yang baik dapat menghasilkan perkembangan anak
yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang di perlukan
untuk pengembang itu. sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa
dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pebawaan
untuk berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicara dalam bahasa
tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan
bahasanya, karena itu anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.
Karena itu teori
W. Stern di sebut teori konvergensi(memusatkan ke satu titik). Jadi menurut
teori konvergensi:
Ø Pendidikan mungkin untuk di laksanakan
Ø Pendidikan di artikan sebagai pertolongan yang di berikan lingkungan
kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah
berkembangnya potensi yang kurang baik.
Ø Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Dari ketiga teori
tersebut jelaslah bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu di
tentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat
berkata-kata juga di pengaruhi oleh dua faktor, pembawaan dan lingkungan. Jika
salah satu dari kedua faktor itu tidak ada, tidaklah mungkin lepandaian
berkata-kata dapat berkembang.
5. Pengaruh Aliran-aliran
Klasik Terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia.
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan,
penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni
diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang
konvergensi.
Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi
lainnya dari anak, namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat
dan kemampuan itu diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun
peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi
penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima
sesuai dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang
konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan
pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia.
Dari paparan diatas jelas bahwa Indonesia yang mayoritas agama islam
lebih condong pada aliran konvergensi yakni factor yang mempengaruhi
perkembangan adalah pembawaan dan lingkungan.pembawaan merupakan
potensi-potensi yang ada pada diri manusia sejak lahir yang perlu dikembangkan
dengan adanya pendidikan atau lingkungan.
Dewasa ini hampir tidak ada yang menganut teori nativisme, naturalisme,
maupun empirisme, mereka lebih condong pada aliran konvergensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar