BUDAYA ADAT
PERKAWINAN TIONG HOA
Oleh:
YENI HANIFAH
(3301414024)
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
hirabbil’alamin. Puji syukur atas rahmat dan rahim dari Allah SWT. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Hukum Adat.
Materi
dalam makalah yang kami susun bertemakan hukum
adat terutama adat perkawinan Tiong Hoa. Dalam makalah
kami akan dijelaskan seputar budaya
adat perkawinan terutama budaya perkawinan Tiong Hoa. Prosesi Pernikahan Dalam Adat Budaya
China, yang saya ambil dari berbagai sumber untuk melengkapi tulisan ini. Yang
diharapkan nantinya, kita dapat sedikit mengetahui bagaimana sebenarnya prosesi
pernikahan tersebut.
Kami yakin
makalah yang kami susun masih banyak kelemahan, untuk itu diharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar ada perbaikan yang lebih bagus lagi untuk dapat
memperbaiki makalah in. Terima kasih.
Semarang,
5 Mei 2015
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pernikahan adalah momen yang paling luar biasa dalam kehidupan
manusia, dimana saat itu baik pria maupun wanita memutuskan untuk membentuk
keluarga sendiri dan menyambung keturunan mereka. Hingga momen tersebut akan
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya baik dari berbagai aspek. Masyarakat
Tionghoa di Indonesia merupakan masyarakat patrilinial yang terdiri atas marga
/ suku yang tidak terikat secara geometris dan teritorial, yang selanjutnya
telah menjadi satu dengan suku-suku lain di Indonesia. Mereka kebanyakan masih
membawa dan mempercayai adat leluhurnya.
Dalam budaya China, pernikahan yang akan dilaksanakan wajib
harus memperhitungkan hari, jam dan tanggal baik bagi tradisi adat China. Yang
diiharapkan nantinya, hari, tanggal dan jam baik tersebut adalah sebagai Do'a,
sehingga kedua mempelai bisa menikmati kehidupan pernikahan mereka dengan
bahagia sampai akhir hayat mereka.
Dengan banyaknya kebutuhan yang harus dilengkapi dan
kekurang pengetahuan akan hal itu, tidak jarang banyak pasangan yang akhirnya
menyerahkan kepada orang tua mempelai untuk mempersiapkannya. Pesta pernikahan
bukan hanya sebagai simbol sementara, bahwa pasangan telah resmi dalam ikatan.
Namun bagi keluarga sepuh yang sangat memperhatikan adat istiadat, mereka
menganggap bahwa pernikahan adat China haruslah sakral, bukan hanya untuk kedua
pasangan namun juga ikatan antara kedua belah keluarga.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1.
Apa pengertian dari upacara pernikahan Tiong Hoa?
2.
Bagaimana Tradisi
Pernikahan Tionghoa?
3.
Bagaimana perkembangan acara pernikahan orang Tionghoa di
Indonesia?
4.
Bagaimana langakah-langkah
profesi pernikahan adat Tiong Hoa ?
5.
Apa saja barang-barang seserahan yang biasanya di bawa
saat perkawinan adat Tiong Hoa?
6.
Apa sajakah upacara-upacara yang dilaksanakan
dalam pernikahan?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini antapa lain:
1. Mengetahui
pengertian pernikahan adat Tiong Hoa.
2. Mengetahui
tradisi pernikahan Tiong Hoa.
3. Mengetahui perkembangan acara pernikahan orang Tionghoa di
Indonesia.
4. Mengetahui
langkah-langkah profesi pernikahan adat Tiong Hoa.
5. Mengetahui
barang-barang seserahan adat Tiong Hoa.
6. Mengetahui upacara-upacara yang dilaksanakan dalam pernikahan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
PERNIKAHAN MENURUT ADAT TIONG HOA
Pernikahan
adalah momen yang paling luar biasa dalam kehidupan manusia dimana saat itu
baik sang pria maupun sang wanita memutuskan untuk membentuk keluarga sendiri
dan menyambung keturunan mereka.
Pesta dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan
sepanjang kehidupan manusia yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara
perkawinan selalu ada pada hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya
dengan adat pernikahan orang Tionghoa.
Upacara pernikahan merupakan adat perkawinan yang didasarkan
atas dan bersumber kepada kekerabatan, keleluhuran dan kemanusiaan serta
berfungsi melindungi keluarga. Upacara pernikahan tidaklah dilakukan secara
seragam di semua tempat, tetapi terdapat berbagai variasi menurut tempat
diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan
pengaruh adat lainnya pada masa lampau.
Umumnya orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Indonesia
membawa adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Salah satu adat yang
seharusnya mereka taati adalah keluarga yang satu marga (shee ) dilarang
menikah,karena mereka dianggap masih mempunyai hubungan suku. Misalnya : marga
Lie dilarang menikah dengan marga Lie dari keluarga lain, sekalipun tidak
saling kenal. Akan tetapi pernikahan dalam satu keluarga sangat diharapkan
agar supaya harta tidak jatuh ke orang lain. Misalnya : pernikahan dengan anak
bibi (tidak satu marga, tapi masih satu nenek moyang).
Ada beberapa yang sekalipun telah memeluk agama lain, seperti
Katolik namun masih menjalankan adat istiadat ini. Sehingga terdapat
perbedaan di dalam melihat adat istiadat pernikahan yaitu terutama dipengaruhi
oleh adat lain, adat setempat, agama, pengetahuan dan pengalaman mereka
masing-masing.
2.
TRADISI
PERNIKAHAN TIONG HOA
Kita
sering melihat sebuah karakter Tionghoa yang tertera pada kertas merah atau
potongan kertas selalu ada pada saat pesta pernikahan. Karakter ini juga
biasanya ada tertera di kertas Angpao yang akan diberikan kepada pasangan
pengantin baru. Karakter tersebut adalah “Sung Hie” atau “Suang Hi”
yang berarti Kebahagiaan Ganda (double joy). Ternyata terdapat asal usul
sejarah dibalik penulisan huruf tersebut.
Pada
masa Dinasti Tang, terdapat seorang pelajar yang ingin pergi ke Ibukota untuk
mengikuti ujian negara, dimana yang menjadi juara satu dapat menempati posisi
menteri. Sayangnya, pemuda itu tersebut jatuh sakit di tengah jalan saat
melintasi sebuah desa di pegunungan. Untung seorang tabib dan anak perempuannya
membawa pemuda itu ke rumah mereka dan merawat sang pelajar. Pemuda tersebut
dapat sembuh dengan cepat berkat perawatan dari tabib dan anak perempuannya.
Setelah
sembuh, pelajar itu harus meninggalkan tempat tersebut untuk melanjutkan
perjalanan ke Ibukota. Namun pelajar itu mengalami kesulitan untuk mengucapkan
selamat tinggal kepada anak perempuan sang tabib, begitu juga sebaliknya.
Mereka saling mencintai.
Maka
gadis itu menulis sepasang puisi yang hanya sebelah kanan agar pemuda itu
melengkapinya, “Pepohonan hijau dibawah langit pada hujan musim semi ketika
langit menutupi pepohonan dengan gerhana”.
setelah
membaca puisi tersebut, sang pelajar berkata, “Baiklah, saya akan dapat
mencapainya meskipun bukan hal yang mudah. Tetapi kamu harus menunggu sampai
aku selesai ujian”. Sang gadis mengangguk-angguk. Pada ujian negara, sang
pelajar mendapatkan tempat pertama, yang mana sangat dihargai oleh kaisar. Pemuda
itu juga bercakap-cakap dan diuji langsung oleh kaisar.
Keberuntungan
ternyata pada pihak sang pemuda. Kaisar menyuruh pemuda itu agar membuat
sepasang puisi. Sang kaisar menulis: “Bunga-bunga merah mewarnai taman saat
angin memburu ketika taman dihiasai warna merah setelah sebuah ciuman”. Pemuda
itu langsung menyadari bahwa puisi yang ditulis oleh sang gadis sangat cocok
dengan puisi kaisar, maka ia menulis puisi sang gadis sebagai pasangan puisi
kaisar.
Kaisar sangat senang melihat bahwa puisi yang ada merupakan
sepasang puisi yang harmonis dan serasi sehingga ia menobatkan pemuda itu
sebagai menteri di pengadilan dan mengijinkan pemuda itu untuk mengunjungi
kampung halamannya sebelum menduduki posisinya. Pemuda itu menjumpai sang gadis
dengan gembira dan memberitahu kepada sang gadis puisi dari kaisar. Tidak lama
kemudian mereka menikah.
Untuk pesta perayaan pernikahan, sepasang karakter Tionghoa,
bahagia, dipasang bersamaan pada selembar kertas merah dan ditempel di dinding
untuk menunjukkan kebahagiaan dari dua kejadian yang bersamaan, pernikahan dan
pengangkatan sang pemuda.
Sejak saat itu, tulisan “Sung Hie” yang berarti Kebahagiaan
Ganda menjadi sebuah tradisi yang dilakukan pada setiap pesta pernikahan.
3.PERKEMBANGAN ACARA PERNIKAHAN ORANG
TIONGHOA DI INDONESIA.
Pernikahan orang Tionghoa dimasa sekarang, sudah mengikuti
konsep budaya barat, dimana untuk pasangan pengantin tidak wajib lagi dalam
memakai baju/gaun berwarna merah.
Di Indonesia sendiri, pernikahan yang berlangsung antara
orang Tionghoa dengan orang pribumi (kawin campur) atau pun sesama orang
Tionghoa pada umumnya sudah mengikuti konsep budaya luar. Dalam pernikahan,
pemakaian baju merah-merah untuk pengantin laki-laki dan gaun untuk pengantin
perempuan sudah tidak diwajibkan lagi. Gaun/tata busana sudah menyesuaikan
dengan budaya saat ini, yang lebih dominan berwarna putih-putih mengikuti corak
pernikahan barat-universal. Adapun pemakaian gaun berwarna merah sekarang hanya
dipakai oleh saudara perempuan yang belum menikah (baik dari mempelai laki-laki
atau perempuan) saja sebagai pendamping, sebagai tanda turut berbahagia, sementara
untuk saudara laki-laki (baik dari mempelai laki-laki atau perempuan) biasanya
memakai jas hitam.
4.LANGAKAH-LANGKAH
PROFESI PERNIKAHAN ADAT TIONG HOA
Dalam rangkaian adat Tionghoa,
Sangjit dilakukan setelah acara lamaran. Hari dan waktu yang baik untuk
melakukan Sangjit ini ditetapkan pada saat proses lamaran tersebut. Dalam
prakteknya, Sangjit sering ditiadakan atau digabung dengan lamaran. Namun
sayang rasanya meniadakan prosesi yang satu ini, karena makna yang terkandung
di dalamnya sebenarnya sangat indah.“Secara harfiah, Sangjit dalam bahasa
Indonesia berarti proses seserahan. Atau proses kelanjutan lamaran dari pihak
mempelai pria dengan membawa persembahan ke pihak mempelai wanita.
Prosesi ini biasanya dihadiri
rombongan pria yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga besar (saudara dari
orang tua, sepupu) atau teman-teman dekat jika dibutuhkan. Sangjit biasanya
diadakan antara 1 bulan sampai 1 minggu sebelum acara resepsi pernikahan dan
berlangsung siang hari antara jam 11.00 sampai dengan 13.00 WIB dilanjutkan
dengan makan siang.
Tata
Caranya
Wakil keluarga wanita beserta para
penerima seserahan (biasanya anggota keluarga yang telah menikah) menunggu di
depan pintu rumah. Dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan, rombongan pria
pun datang membawa seserahan ke rumah si wanita. Rombongan ini terdiri dari:
wakil keluarga serta para gadis/pemuda yang belum menikah pembawa nampan
seserahan. Di beberapa adat, orang tua pria tidak ikut dalam prosesi ini.
Seserahan diberikan 1 per 1 secara berurutan, mulai dari seserahan untuk ke-2
orang tua mempelai wanita, lalu untuk mempelai wanita, dan seterusnya.
Barang seserahan yang sudah diterima
oleh pihak mempelai wanita dibawa ke dalam kamar untuk diambil
sebagian. Dilanjutkan dengan ramah tamah.
Pada akhir kunjungan, barang-barang
seserahan yang telah diambil sebagian diserahkan kembali pada para pembawa
seserahan. Dan sebagai balasannya, keluarga wanita pun memberikan seserahan
pada keluarga pria berupa manisan (seperti permen/coklat) dan berbagai
keperluan pria (baju, baju dalam, sapu tangan. Wakil keluarga wanita juga
memberikan ang pao ke tiap-tiap pembawa seserahan yang biasanya terdiri dari
para gadis/pemuda yang belum menikah tersebut (ang pao diberikan dengan harapan
agar enteng jodoh). Jumlahnya variatif, biasanya sekitar Rp. 20.000 – Rp.
50.000.
5.BARANG-BARANG SESERAHAN SANGJIT
Sebelum keluarga calon pengantin
pria memutuskan barang apa yang akan dibawa, sebaiknya didiskusikan bersama
keluarga si wanita terlebih dahulu. Barang-barang ini tentu saja memiliki makna
simbolis yang juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi mempelai pria. Setelah
ditentukan, barang-barang tersebut diletakkan dalam nampan-nampan yang
berjumlah genap, biasanya maksimal berjumlah 12 nampan.
Hal yang menarik saat acara ini
adalah bahwa sebagian besar barang-barang seserahan ini sebaiknya sebagian
dikembalikan lagi pada keluarga pengantin pria. Karena, bila keluarga wanita
mengambil seluruh barang yang ada, artinya mereka menyerahkan pengantin wanita
sepenuhnya pada keluarga pria dan tak akan ada hubungan lagi antara si
pengantin wanita dan keluarganya. Namun bila keluarga wanita mengembalikan
separuh dari barang-barang tersebut ke pihak pria artinya keluarga wanita masih
bisa turut campur dalam keluarga pengantin.
Barang-barang
seserahan biasanya terdiri dari :
Alat-alat kecantikan dan perhiasan
untuk mempelai wanita (kadang-kadang juga sepatu untuk hari H) Pakaian/kain
untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan sandang si gadis akan
dipenuhi oleh si pria.Uang susu (ang pao) dan uang pesta (masing-masing di
amplop merah). Pihak mempelai wanita biasanya hanya mengambil uang susu,
sedangkan untuk uang pesta hanya diambil jumlah belakangnya saja, sisanya
dikembalikan. Contoh uang pesta sebesar: Rp. 1.680.000,- namun yang diambil
hanya Rp. 80.000,- Apabila keluarga wanita mengambil seluruh uang pesta,
artinya pesta pernikahan tersebut dibiayai keluarga wanita.
Tiga nampan masing-masing berisikan
18 buah (apel, jeruk, pear atau buah yang manis lainnya sebagai lambang
kedamaian, kesejahteraan dan rejeki). Pihak mempelai wanita mengambil
separuhnya, sisanya dikembalikan.
2 pasang lilin merah yang cukup
besar diikat dengan pita merah, sebagai simbol perlindungan untuk menghalau
pengaruh negatif. Lilin motif naga dan burung hong lebih disukai. Pihak
mempelai wanita mengambil 1 pasang saja. Sepasang kaki babi (jika tidak ada
dapat digantikan dengan makanan kaleng) beserta 6 kaleng kacang polong. Pihak
mempelai wanita mengambil separuhnya. Satu nampan berisikan kue mangkok
berwarna merah sebanyak 18 potong, sebagai lambang kelimpahan dan
keberuntungan. Pihak mempelai wanita mengambil separuhnyan. Satu nampan
berisikan dua botol arak atau sampanye. Pihak mempelai wanita mengambil
semuanya, dan ditukar dengan dua botol sirup merah dan dikembalikan ke pihak
mempelai pria.
Seniman kain dan pakar batik Obin
ternyata juga seorang tokoh yang sangat concern dan mendalami adat istiadat
Tionghoa. Selain barang-barang di atas, menurutnya proses Sangjit ini bisa juga
ditambah dengan Kue satu, terbuat dari kacang hijau yang dijual satu-satu,
artinya dua kebahagiaan menjadi satu.Kaca, artinya berkaca pada diri sendiri,
self conscious-morality.
Uang-uangan dari emas yang di-emboss
kata ‘fuk’, yang dalam bahasa Indonesia berarti hoki/untung.
Dua bundel pita berupa huruf Cina
yang berarti double happiness, artinya agar happy sampai tua nanti.
Buah-buahan
Buah atep yang disepuh merah, artinya agar tetap langgeng sampai kapan pun.
Buah ceremai, artinya agar rumah tangganya rame, happy, banyak sahabat dan keturunan.
Buah leket, artinya agar nempel dan lengket sampai kapan pun.
Buah atapson dari Kalimantan yang tumbuh di atas atap. Kalau sudah mulai muntah, mual-mual dikasih buah ini untuk memancing kehamilan.
Buah pala, tumbuh tegak lurus dimana pun dia ditanam, artinya kalau lurus, baik-baik saja maka dimana pun dia berada tetap tidak berubah.
Buah-buahan
Buah atep yang disepuh merah, artinya agar tetap langgeng sampai kapan pun.
Buah ceremai, artinya agar rumah tangganya rame, happy, banyak sahabat dan keturunan.
Buah leket, artinya agar nempel dan lengket sampai kapan pun.
Buah atapson dari Kalimantan yang tumbuh di atas atap. Kalau sudah mulai muntah, mual-mual dikasih buah ini untuk memancing kehamilan.
Buah pala, tumbuh tegak lurus dimana pun dia ditanam, artinya kalau lurus, baik-baik saja maka dimana pun dia berada tetap tidak berubah.
Tunangan :
Pada
saat pertunangan ini, kedua keluarga saling memperkenalkan diri dengan
panggilan masing-masing.
Penentuan Hari Baik, Bulan Baik
Penentuan Hari Baik, Bulan Baik
Suku
Tionghoa percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus
dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang
tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena
itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba
muda yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari tergantung
perhitungan bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik /
menjelang purnama.
Barang yang menjadi hantaran biasanya berupa:
Barang yang menjadi hantaran biasanya berupa:
Uang;
dalam masyarakat modern biasanya jumlahnya sudah ditentukan bersama contohnya ,
Rp. 9.999.900 atau pada masa otentik yakni emas dalam kadar angka 9.
-
Perhiasan berupa kalung, gelang, anting didalam kotak merah (khusus bagi orang
canton, dibuat dalam 4 barang emas 四点金).
-
Peralatan sehari – hari (peralatan mandi, peralatan makan, dll),
-
Satu set peralatan Tea Pay, Termasuk Lilin Naga & Phoenix 龙凤烛
-
Kue Pia atau bolu (dibagikan kepada sanak saudara yang membantu),
-
Makanan laut yang sudah dikeringkan (juhi, sirip ikan “yu che”)
-
Kacang – kacangan (almond, hijau & merah) atau saat ini diganti dengan kue
kacang-kacangan,
-
Sepasang kaki babi untuk melambangkan keselamatan,
-
Kelapa bulat yang ditempel aksara Chinese berarti ‘Double Happy’,
-
Buah – buahan segar (jeruk, apel, anggur dll.)
-
Akar teratai “Lian Au”, melambangkan rukunnya tiga generasi; orang tua, anak
dan cucu, sedangkan buah teratai kering “Lian Ce”, melambangkan keturunan.
-
Permen atau gula batu melambangkan manisnya kehidupan semanis mempelai wanita.
-
Brandy
Selain
itu juga diberikan angpau/uang sebagai "pengganti" biaya
pengantin wanita yang diberikan untuk orang tua mempelai wanita yang hanya
disediakan bila pengantin wanita akan ikut dengan pengantin pria setelah
menikah nanti.
Dalam
pengembaliannya, keluarga wanita menyiapkan 2 (dua) botol syrup untuk diganti
dengan brandy. Semua hantaran dihitung dengan jumlah tepak / baki / dulang yang
sama dengan yang dihantar sebelumnya ditambah dengan lilin phoenix sepasang.
Dan untuk Orang hokkian, diberikan juga pisang sebagai pengembaliannya serta
sepatu untuk pengantin pria.
7.
UPACARA-UPACARA YANG DILAKSANAKAN DALAM PERNIKAHAN
Pesta
dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia
yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara perkawinan selalu ada pada
hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat pernikahan orang
Tionghoa yang mempunyai
upacara-upacara
antara lain :
Upacara menjelang pernikahan :
Melamar :
Yang
memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang. Mak comblang
biasanya dari pihak pria.
Penentuan :
Bila
keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana antaran/mas
kawin boleh dilaksanakan.
Upacara pernikahan :
7
hari menjelang hari pernikahan diadakan "memajang" keluarga mempelai
pria dan famili dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai wanita.
Mereka membawa beberapa perangkat untuk meng-hias kamar pengantin.
Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih lengkap
(hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan mas kawin.
Ada
upacara makan-makan. Calon mempelai pria dilarang menemui calon mempelai
wanita sampai hari H. Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan,
ada upacara "Liauw Tiaa". Upacara ini biasanya dilakukan hanya
untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi adakalanya
diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di
rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda
sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan
untuk kaum muda pria melihat-lihat calonnya (mencari pacar).
Upacara Sembahyang Tuhan ("Cio
Tao")
Di
pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao.
Namun, adakalanya upacara Sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah
malam menjelang pernikahan.
Upacara
Cio Tao ini terdiri dari :
-
Penghormatan kepada Tuhan
-
Penghormatan kepada Alam
-
Penghormatan kepada Leluhur
-
Penghormatan kepada Orang tua
-
Penghormatan kepada kedua mempelai.
Meja
sembahyang berwarna merah 3 tingkat. Di bawahnya diberi 7 macam buah, a.l.
Srikaya, lambang kekayaan. Di bawah meja harus ada jambangan berisi air,
rumput berwarna hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja
ada tampah dengan garis tengah ?2 meter dan di atasnya ada tong kayu
berisi sisir, timbangan, sumpit, dll. yang semuanya itu melambangkan
kebaikan, kejujuran, panjang umur dan setia.
Kedua
mempelai memakai pakaian upacara kebesaran Cina yang disebut
baju "Pao". Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan
memberikan kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut
serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti secara
simbolik.
Ke Kelenteng
Sesudah
upacara di rumah, dilanjutkan ke Klenteng. Di sini upacara penghormatan
kepada Tuhan Allah dan para leluhur.
Penghormatan Orang tua dan
Keluarga
Kembali
ke rumah diadakan penghormatan kepada kedua orang tua, keluarga, kerabat
dekat. Setiap penghormatan harus dibalas dengan "ang pauw"
baik berupa uang maupun emas, permata. Penghormatan dapat lama, bersujud dan bangun.
Dapat juga sebentar, dengan disambut oleh yang dihormati.
Upacara Pesta Pernikahan
Selesai
upacara penghormatan, pakaian kebesaran ditukar dengan pakaian "ala
barat". Pesta pernikahan di hotel atau tempat lain. Usai pesta, ada
upacara pengenalan mempelai pria ( Kiangsay). Mengundang kiangsay untuk
makan malam, karena saat itu mempelai pria masih belum boleh menginap di
rumah mempelai wanita.
Upacara sesudah pernikahan
Tiga
hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari :
Teh Pai
teh
pai adalah setelah acara pernikahan dimana seluruh sanak keluarga dari
keluarga suami maupun istri memberikan hadiah sebagai dasar pembangunan
keluarga yang menikah, dimana dalam Teh pai ini pihak tertua biasanya
memberikan petuah kepada orang akan menikah, dalam membina rumah tangga mereka.
Selesai
memberi petuah mereka memberikan hadiah biasanya berbentuk perhiasan,
uang, alat kebutuhan rumah tangga sebagai tanda membantu perekonomian keluarga
mereka.
Acara Tea Pai (Kong Cha;
biasanya juga disebut morning ceremony) biasanya diikuti oleh keluarga
kedua mempelai yang sudah menikah, seperti orang tua, paman/bibi, saudara
kandung, sepupu dan keponakan (yang dituakan) atau setidaknya yang sudah pernah
menikah; meski karena pasangannya sudah bercerai (menjadi janda/duda),
meninggal atau sakit (sampai tidak bisa ikut acaranya; jadi yang bisa ikut,
duduk sendirian). Kakak-kakak dari kedua keluarga mempelai yang belum menikah tidak
diperbolehkan untuk mengikuti acara Tea Pai ini. Hal ini juga berlaku sama
jika ada adik-adik dari keluarga mempelai yang sudah menikah, juga tidak
diperbolehkan mengikuti prosesi Tea Pai.
Dalam prosesi Tea Pai ini, sebagai
urutan pertama, mempelai mempersilahkan orang yang lebih tua untuk duduk di
kursi yang telah disediakan. Setelah duduk, berikan penghormatan dengan cara
membungkukkan badan sambil mengepalkan kedua belah tangan. Perlu diingat,
khusus untuk orang tua (papa mama) dan kakek nenek (apabila ada) sebaiknya
di soja atau kui (berlutut). Mungkin pada agama tertentu yang melarang umatnya
untuk berlutut atau menyembah, dapat saja menggunakan cara berdiri sambil
sedikit membungkuk badan, tapi kesan penghormatan kepada orang tua jauh
berkurang, karena status/derajatnya seperti disamakan dengan paman/bibi, kakak
dan saudara-saudara lainnya.
Selanjutnya, seseorang (yang telah
ditunjuk sebelumnya; pengiring pengantin) membawakan nampan yang berisi dua
buah cangkir kecil berisi teh kepada mempelai wanita, jika keluarga yang sedang
dilayani adalah keluarga dari pihak wanita. Kemudian barulah mempelai pria
mengambil satu persatu cangkir dari nampan tersebut dan diberikan kepada
keluarga sembari menyebutkan status orang tersebut, misalnya : Papa, Mama, dan
seterusnya. Sebaliknya apabila yang dilayani adalah keluarga mempelai pria,
maka yang menyuguhkan cangkir tersebut adalah mempelai wanita. Selain itu, pada
umumnya untuk posisi duduk, nenek, ibu, tante ada di kanan; sedangkan kakek,
papa, paman di kiri. Hal ini sesuai prinsip Nan Zuo, Ni You (Pria di
kiri, Wanita di kanan).
Setelah keluarga yang dilayani
selesai meminum teh yang diberikan, mempelai pria mengambil kembali cangkir
tersebut satu persatu. Sebagai ucapan terima kasih keluarga terhadap pelayanan
yang diberikan oleh kedua mempelai, biasanya keluarga memberikan bingkisan yang
berupa uang di dalam angpao merah ataupun perhiasan. Kalau keluarga
yang dilayani memberikan hadiah angpao, maka dapat langsung ditaruh di
nampan atau di kantongi oleh mempelai pria, sedangkan apabila hadiah berupa
kalung, cincin atau perhiasan sejenisnya, maka nampan tersebut dapat
dikembalikan kepada orang yang telah ditunjuk sebelumnya lalu keluarga akan
segera memasangkan perhiasan tersebut kepada mempelai.
Terkadang pada adat-adat tertentu
untuk acara tea pai ini, pengantin wanita biasanya memberikan satu set handuk
(handuk badan dan handuk muka) kepada orang-orang yang telah disuguhkan teh
sebagai ucapan terima kasih. Ini juga realtif (bisa ada atau tidak) dan sangat
bergantung pada persiapan kesepakatan acara sebelumnya. Setelah selesai,
anggota keluarga yang disuguhkan teh kembali di kursinya, dan kedua mempelai
memberikan salam penghormatan kembali seperti diawal acara.
Angpao pernikahan; biasanya
diberikan para tamu undangan ataupun keluarga dekat mempelai
Jadi selain anggota keluarga inti,
biasanya ‘hadiah’ pernikahan dapat diberikan pada waktu menulis nama di daftar
hadir pada saat waktu pernikahannnya, memberikan secara langsung pada saat akan
jabat tangan dengan mempelainya, atau bisa memberikan pada saat proses Tea Pai,
tapi sebelum/sesudah prosesi acaranya berlangsung. Mengenai hadiah/kado
pernikahan, orang-orang pada zaman dahulu biasanya memberikan kain mahal, arak
(anggur) pernikahan, peralatan rumah tangga, bantal tidur, dan sebagainya. Lalu
lama kelamaan berkembang, hingga di era sekarang rata-rata para tamu undangan
biasanya hanya memberikan Angpao sebagai sebuah cara yang simple. Menarik
memang, karena tradisi memberikan Angpao pernikahan ini juga diadopsi
oleh masyarakat non Tionghoa pada pesta pernikahan mereka.
Tiga
hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari :
1.
Cia Kiangsay
2.
Cia Ce'em
Pada
upacara menjamu mempelai pria ("Cia Kiangsay") intinya
adalah memperkenalkan keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai
wanita. Mempelai pria sudah boleh tinggal bersama. Sedangkan
"Cia Ce'em" di rumah mempelai pria, memperkenalkan
seluruh keluarga besar mempelai wanita. Tujuh hari sesudah menikah
diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah famili yang ada orang tuanya.
Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina yang lebih sederhana.
Perubahan
Yang Biasa Terjadi Pada Adat Upacara Pernikahan
Ada
beberapa pengaruh dari adat lain atau setempat, seperti : Mengusir setan
atau mahkluk jahat dengan memakai beras kunyit yang ditabur menjelang
mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita. Demikian juga dengan
pemakaian sekapur sirih, dan lain-lain.
Pengaruh
agama, jelas terlihat perkembangannya : Sekalipun upacara Sembahyang Tuhan
/ Cio Tao telah diadakan di rumah, tetapi untuk yang beragama Kristen
tetap ke Gereja dan upacara di Gereja. Perubahan makin tampak jelas,
upacara di Kelenteng diganti dengan di gereja. Pengaruh pengetahuan dan
teknologi, dapat dilihat dari kepraktisan upacara.Dewasa ini orang-orang
lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara yang berbelit-belit. Apalagi
kehidupan di kota-kota besar yang telah dipengaruhi oleh teknologi
canggih.Sebagai suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku
masyarakat yang terlibat di dalamnya, sasaran pelaksanaan adat pernikahan
Tionghoa mengalami masa transisi. Hal ini ditandai dengan terpisahnya
masyarakat dari adat pernikahan tersebut melalui pergeseran motif baik ke
arah positif maupun negatif dan konflik dalam keluarga.
Dewasa
ini masyarakat Tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara
adat. Hampir semua peraturan yang diadatkan telah dilanggar. Kebanyakan
upacara pernikahan berdasarkan dari agama yang dianut.
Menyajikan
Teh pada Upacara Pernikahan
Teh
banyak digunakan pada perayaan-perayaan masyarakat Tionghoa, termasuk acara
pernikahan, karena merupakan minuman rakyat dan menyajikan teh merupakan sebuah
bentuk tanda hormat.
Biji
bunga teratai yang biasanya digunakan dalam teh pada acara pernikahan memiliki
maksud. Kata "teratai" dengan "tahun" memiliki bunyi yang
hampir sama, meskipun artinya berbeda, sehingga orang Tionghoa percaya bahwa
menaruh benda-benda itu pada teh akan membantu pasangan yang baru menikah untuk
melahirkan banyak anak, sehingga orang tua kedua mempelai akan memiliki banyak
cucu.
Biji
teratai / Lian Zi diibaratkan sebagai Nian Zi, atau secara lengkap adalah Nian
Nian You Zi, yang dapat diartikan setiap tahun memiliki anak.
Apabila
terdapat tunas yang telah muncul pada biji teratai tersebut, maka jangan lupa
untuk menghilangkannya karena tunas tersebut memiliki rasa yang pahit.
Menyajikan
teh dengan memegang alas cangkir teh memakai kedua belah tangan adalah sebuah
bentuk penghormatan.
Saat
menyajikan teh, pengantin wanita berada di sebelah kanan dari pengantin pria.
Secara mudahnya adalah pengantin wanita berada di sebelah kanan dari pundak
kanan pengantin pria.
Contohnya
adalah ketika mempersembahkan teh ke orang tua pengantin pria, maka pengantin
wanita berlutut di depan ayah pengantin pria, dan pengantin pria berlutut di
hadapan ibunya.
Disamping
menyajikan teh kepada orang tua, mereka juga menyajikan teh kepada yang lebih
tinggi tingkatannya dan yang lebih tua dengan menyebutkan tingkatan, misalnya
paman pertama, bibi ketiga, kakak kedua, dan sebagainya.
Penyajian
teh dilakukan secara berurutan dari anggota keluarga yang tertinggi
tingkatannya.
Contoh
urutannya adalah kakek dan nenek dari ayah pengantin pria, lalu kakek dan nenek
dari ibu pengantin pria, orang tua pengantin pria, setelah itu kakak.
Pengantin
pria dan wanita akan berlutut, sedangkan yang mendapat penghormatan akan duduk,
jika tingkatan dari yang mendapat penghormatan lebih tinggi, seperti kakek,
ayah, atau paman.
Sedangkan
jika yang mendapat penghormatan tidak lebih tinggi tingkatannya, namun tentunya
harus lebih tua, seperti kakak, maka pengantin pria dan wanita tidak perlu
berlutut.
Haloo, aku mau bagi pengalaman pernikahan kakakku. Jadi waktu itu kakakku dan pasangannya sibuk kerja kan jadi memang susah untuk ngurusin sendiri, nah karena kakakku nyari tempat pernikahan yang memang aksesnya mudah jadi dia nyari yang tengah2 dan ga terlalu macet. Akhirnya kakakku mutusin buat nikah di Elnusa, letaknya kalau ga salah di Tb.Simatupang deket Citos. Nah disana ternyata sudah ada paketan weddingnya juga dan sudah ada WOnya. Waktu itu kakakku dibantu sama Kak Ali, nah disana bener2 dibantuin dari awal sampe akhiir. Walaupun kakakku dan pasangannya sibuk kerja tapi urusan pernikahannya ga sampai keteteran karena bener2 dibantuin. Jadi disana itu udah semua2nya diurusin, kakakku tinggal ngurusin souvernir dan undangan aja. Bahkan ada Wedding Plannernya gitu yang mengatur jadwal kakakku untuk visit2 vendor dan testfood, jadi bener2 bikin kakakku ga pusing mikirin pernikahannya. Dari awal kakakku persiapan acara sampai akhir acara bener2 ga dilepas sama WOnya, dan hal itu ngebuat mamahku ga terlalu banyak ikut campur. Jujur Pelayanannya bener2 bagus, walaupun kakakku dan pasangannya kadang suka banyak maunya tapi tuh kayak diturutin terus gituu. Alhamdulillah keluargaku dan kakakku puas sih nikah di HIS Graha Elnusa. Kalo kalian berminat aku ada nih kontaknya yang waktu itu bantuin kakakku, namanya Kak Ali, nomornya 087884761964. Semoga bisa membantu kaliaan
BalasHapus